Jumat, 03 Maret 2017
Jumat, 24 Februari 2017
Hirearki Kebutuhan "Abraham Maslow"
Hierarki Kebutuhan Maslow
Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan fisiologis yakni kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik.[1][5] Kebutuhan-kebutuhan itu seperti kebutuhan akan makanan, minuman, tempat berteduh, seks, tidur dan oksigen.[5] Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah potensi paling dasar dan besar bagi semua pemenuhan kebutuhan di atasnya.[1] Manusia yang lapar akan selalu termotivasi untuk makan, bukan untuk mencari teman atau dihargai.[1] Manusia akan mengabaikan atau menekan dulu semua kebutuhan lain sampai kebutuhan fisiologisnya itu terpuaskan.[1] Di masyarakat yang sudah mapan, kebutuhan untuk memuaskan rasa lapar adalah sebuah gaya hidup.[1]
Mereka biasanya sudah memiliki cukup makanan, tetapi ketika mereka
berkata lapar maka yang sebenarnya mereka pikirkan adalah citarasa
makanan yang hendak dipilih, bukan rasa lapar yang dirasakannya.[1] Seseorang yang sungguh-sungguh lapar tidak akan terlalu peduli dengan rasa, bau, temperatur ataupun tekstur makanan.
Kebutuhan fisiologis berbeda dari kebutuhan-kebutuhan lain dalam dua hal.[1] Pertama, kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang bisa terpuaskan sepenuhnya atau minimal bisa diatasi.[1] Manusia dapat merasakan cukup dalam aktivitas makan sehingga pada titik ini, daya penggerak untuk makan akan hilang.[1] Bagi seseorang yang baru saja menyelesaikan sebuah santapan besar, dan kemudian membayangkan sebuah makanan lagi sudah cukup untuk membuatnya mual.[1] Kedua, yang khas dalam kebutuhan fisiologis adalah hakikat pengulangannya.[1] Setelah manusia makan, mereka akhirnya akan menjadi lapar lagi dan akan terus menerus mencari makanan dan air lagi.[1] Sementara kebutuhan di tingkatan yang lebih tinggi tidak terus menerus muncul.[1] Sebagai contoh, seseorang yang minimal terpenuhi sebagian kebutuhan mereka untuk dicintai dan dihargai akan tetap merasa yakin bahwa mereka dapat mempertahankan pemenuhan terhadap kebutuhan tersebut tanpa harus mencari-carinya lagi.[1]
Kebutuhan fisiologis berbeda dari kebutuhan-kebutuhan lain dalam dua hal.[1] Pertama, kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang bisa terpuaskan sepenuhnya atau minimal bisa diatasi.[1] Manusia dapat merasakan cukup dalam aktivitas makan sehingga pada titik ini, daya penggerak untuk makan akan hilang.[1] Bagi seseorang yang baru saja menyelesaikan sebuah santapan besar, dan kemudian membayangkan sebuah makanan lagi sudah cukup untuk membuatnya mual.[1] Kedua, yang khas dalam kebutuhan fisiologis adalah hakikat pengulangannya.[1] Setelah manusia makan, mereka akhirnya akan menjadi lapar lagi dan akan terus menerus mencari makanan dan air lagi.[1] Sementara kebutuhan di tingkatan yang lebih tinggi tidak terus menerus muncul.[1] Sebagai contoh, seseorang yang minimal terpenuhi sebagian kebutuhan mereka untuk dicintai dan dihargai akan tetap merasa yakin bahwa mereka dapat mempertahankan pemenuhan terhadap kebutuhan tersebut tanpa harus mencari-carinya lagi.[1]
Kebutuhan Akan Rasa Aman
Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya,
muncullah apa yang disebut Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan akan rasa
aman.[5] Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman ini diantaranya adalah rasa aman fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari daya-daya mengancam seperti perang, terorisme, penyakit, takut, cemas, bahaya, kerusuhan dan bencana alam.[1] Kebutuhan akan rasa aman berbeda dari kebutuhan fisiologis karena kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi secara total.[1]
Manusia tidak pernah dapat dilindungi sepenuhnya dari ancaman-ancaman
meteor, kebakaran, banjir atau perilaku berbahaya orang lain.
Menurut Maslow, orang-orang yang tidak aman akan bertingkah laku sama seperti anak-anak yang tidak aman.[5] Mereka akan bertingkah laku seakan-akan selalu dalam keadaan terancam besar.[5] Seseorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara berelebihan serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan yang tidak diharapkannya.[5]
Menurut Maslow, orang-orang yang tidak aman akan bertingkah laku sama seperti anak-anak yang tidak aman.[5] Mereka akan bertingkah laku seakan-akan selalu dalam keadaan terancam besar.[5] Seseorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara berelebihan serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan yang tidak diharapkannya.[5]
Kebutuhan Akan Rasa Memiliki Dan Kasih Sayang
Jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah
terpenuhi, maka muncullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa
memiliki-dimiliki.[5]
Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi dorongan untuk bersahabat, keinginan
memiliki pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk dekat pada keluarga dan
kebutuhan antarpribadi seperti kebutuhan untuk memberi dan menerima
cinta.[5][1] Seseorang yang kebutuhan cintanya sudah relatif terpenuhi sejak kanak-kanak tidak akan merasa panik saat menolak cinta.[1] Ia akan memiliki keyakinan besar bahwa dirinya akan diterima orang-orang yang memang penting bagi dirinya.[1] Ketika ada orang lain menolak dirinya, ia tidak akan merasa hancur.[1] Bagi Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara dua orang, termasuk sikap saling percaya.[5] Sering kali cinta menjadi rusak jika salah satu pihak merasa takut jika kelemahan-kelemahan serta kesalahan-kesalahannya.[5] Maslow juga mengatakan bahwa kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima.[5] Kita harus memahami cinta, harus mampu mengajarkannya, menciptakannya dan meramalkannya.[5] Jika tidak, dunia akan hanyut ke dalam gelombang permusuhan dan kebencian.[5]
Kebutuhan Akan Penghargaan
Setelah kebutuhan dicintai dan dimiliki tercukupi, manusia akan bebas untuk mengejar kebutuhan akan penghargaan.[1]
Maslow menemukan bahwa setiap orang yang memiliki dua kategori mengenai
kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih rendah dan lebih
tinggi.[2] Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan akan status, ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabat, bahkan dominasi.[2]
Kebutuhan yang tinggi adalah kebutuhan akan harga diri termasuk
perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian dan
kebebasan.[2] Sekali manusia dapat memenuhi kebutuhan untuk dihargai, mereka sudah siap untuk memasuki gerbang aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi yang ditemukan Maslow.[1]
Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri
Tingkatan terakhir dari kebutuhan dasar Maslow adalah aktualisasi diri.[2]
Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan
keseimbangan, tetapi melibatkan keinginan yang terus menerus untuk
memenuhi potensi.[2]
Maslow melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk semakin menjadi
diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut
kemampuannya.[5] Awalnya Maslow berasumsi bahwa kebutuhan untuk aktualisasi diri langsung muncul setelah kebutuhan untuk dihargai terpenuhi.[1] Akan tetapi selama tahun 1960-an, ia menyadari bahwa banyak anak muda di Brandeis
memiliki pemenuhan yang cukup terhadap kebutuhan-kebutuhan lebih rendah
seperti reputasi dan harga diri, tetapi mereka belum juga bisa mencapai
aktualisasi diri.[1]
Langganan:
Postingan (Atom)